Earl Grey Tea adalah salah satu jenis teh klasik paling terkenal di dunia, yang menggabungkan teh hitam dengan minyak esensial dari buah bergamot, sejenis jeruk beraroma khas yang tumbuh di wilayah Mediterania, terutama Italia. Kombinasi ini menghasilkan rasa yang elegan: kuat seperti teh hitam, tetapi dengan sentuhan citrus yang lembut dan wangi. Dinamai dari Charles Grey, Perdana Menteri Inggris pada awal abad ke-19, teh ini telah menjadi ikon teh sore khas Britania Raya.
Dalam bentuk aslinya, Earl Grey menggunakan dasar teh hitam, namun seiring waktu variasi baru pun bermunculan, seperti Earl Grey hijau, Earl Grey putih, bahkan rooibos Earl Grey tanpa kafein. Namun yang paling otentik dan umum adalah teh hitam berbasis Assam, Darjeeling, atau Ceylon yang dicampur dengan aroma bergamot.
Warna seduhan Earl Grey umumnya merah tembaga dengan aroma citrus yang kuat namun menenangkan. Rasanya tajam, dengan sedikit rasa pahit dari teh hitam dan keharuman manis dari bergamot. Banyak orang menikmatinya tanpa tambahan, tapi teh ini juga sering disajikan dengan susu (disebut London Fog) atau lemon untuk memperkaya pengalaman minum teh.
Earl Grey bukan hanya menyenangkan untuk dinikmati, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan. Teh hitam mengandung antioksidan seperti theaflavin dan thearubigin, yang membantu melindungi jantung, meningkatkan fokus mental, dan melawan radikal bebas. Sementara minyak bergamot mengandung flavonoid dan senyawa aromatik yang memiliki sifat antiinflamasi, penurun stres, dan penyeimbang mood.
Karena mengandung kafein, Earl Grey cocok diminum di pagi atau siang hari untuk meningkatkan kewaspadaan dan energi, namun tetap lembut di perut dibanding kopi. Namun, konsumsinya perlu dibatasi bagi mereka yang sensitif terhadap kafein.
Teh Earl Grey berkualitas tinggi biasanya menggunakan daun teh organik dengan minyak bergamot alami, bukan perisa buatan. Produk premium dari Inggris, Sri Lanka, dan Italia banyak dicari karena keseimbangan rasa yang sempurna.
Sumber informasi diperoleh dari Tea & Coffee Trade Journal, Phytotherapy Research, dan British Journal of Nutrition.
Komentar
Posting Komentar